Senin, 24 November 2014

Pengaruh Perubahan Harga BBM Bersubsidi terhadap Para Investor



       Baru-baru ini kita telah digemparkan oleh kenaikan harga BBM bersubsidi ,bagi masyarakat awam pastinya terkejut oleh haraga kenaikan BBM yang drastis dari sekitaran 5500 rupiah untuk solar sedangkan 6500 rupiah untuk premiun menjadi sekitar 7500 rupiah untuk solar sedangkan premium 8500 rupiah . Hal ini membuat khawatir para investor-investor. Mengapa hal sedemikian dapat menjadi pusat kekhawatiran yang sangat mengancam para investor? Bagaimana pengaruh harga BBM bersubsidi ini terhadapa pasar modal? Apakah para investor harus khawatir? Dan apa strategi yang harus dilakukan para investor terhadap kenaikan harga BBM bersubsidi? Mari kita simak hal-hal atau hingga dampak dan solusi untuk menangani harga kenaikan BBM bersubsidi.

            Hubungan harga BBM bersubsidi terhadap pasar modal adalah melalui risiko inflasi. Beberapa risiko yang membayangi investasi adalah risiko inflasi, risiko nilai tukar mata uang, risiko kredit dan risiko pasar. Risiko inflasi akan membuat daya beli di masa datang (akhir horizon investasi) menurun.
Dengan aturan high risk high return, maka ketika risiko inflasi naik, investor akan meminta imbal hasil yang lebih tinggi. Dampak yang paling signifkan dirasakan pada instrumen pendapatan tetap yang sangat sensitif terhadap inflasi dan suku bunga. Harganya akan turun seiring dengan kenaikan imbal hasilnya. Demikian juga harga saham perusahaan, yang menggunakan BBM dalam aktivitas bisnisnya dan sensitif terhadap perubahan suku bunga, akan menurun.
           
            kenaikan harga BBM juga dapat menimbulkan dampak yang positif.
a. Dampak Positif :
1) Munculnya bahan bakar dan kendaraan alternative
Seiring dengan melonjaknya harga minyak dunia, muncul berbagai bahan bakar alternatif baru. Yang sudah di kenal oleh masyarakat luas adalah BBG (Bahan Bakar Gas). Harga juga lebih murah dibandingkan dengan harga BBM bersubsidi. Ada juga bahan bakar yang terbuat dari kelapa sawit. Tentunya bukan hal sulit untuk menciptakan bahan bakar alternatif mengingat Indonesia adalah Negara yang kaya akan Sumber Daya Alam. Selain itu, akan muncul juga berbagai kendaraan pengganti yang tidak menggunakan BBM, misalnya saja mobil listrik, mobil yang berbahan bakar gas, dan kendaraan lainnya.
2) Pembangunan Nasional akan lebih pesat
Pembangunan nasional akan lebih pesat karena dana APBN yang awalnya digunakan untuk memberikan subsidi BBM, jika harga BBM naik, maka subsidi dicabut dan dialihkan untuk digunakan dalam pembangunan di berbagai wilayah hingga ke seluruh daerah.
3) Hematnya APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)
Jika harga BBM mengalami kenaikan, maka jumlah subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah akan berkurang. Sehingga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dapat diminimalisasi.
4) Mengurangi Pencemaran Udara
Jika harga BBM mengalami kenaikan, masyarakat akan mengurangi pemakaian bahan bakar. Sehingga hasil pembuangan dari bahan bakar tersebut dapat berkurang, dan akan berpengaruh pada tingkat kebersihan udara.
b. Dampak negatif :
1) Harga barang-barang dan jasa-jasa menjadi lebih mahal.
Harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan disebabkan oleh naiknya biaya produksi sebagai imbas dari naiknya harga bahan bakar.
2) Apabila harga BBM memang dinaikkan, maka akan berdampak bagi perekonomian khususnya UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah)
3) Meningkatnya biaya produksi yang diakibatkan oleh: misalnya harga bahan, beban transportasi dll.
4) Kondisi keuangan UMKM menjadi rapuh, maka rantai perekonomian akan terputus.
5) Terjadi Peningkatan jumlah pengangguran.
Dengan meningkatnya biaya operasi perusahaan, maka kemungkinan akan terjadi PHK.
6) Inflasi
Inflasi akan terjadi jika harga BBM mengalami kenaikan. Inflasi yang terjadi karena meningkatnya biaya produksi suatu barang atau jasa.
            Menurut saya , solusi  yang paling tepat adalah kita jika sebagai investor sebaiknya berahli ke Reksadana ketika BBM bersubsidi naik Reksadana exchange-traded fund (ETF) ada 2 jenis seperti Premier ETF LQ-45 (R-LQ45X) dan Premier ETF IDX-30 (XIIT) bisa dimanfaatkan untuk investasi di saat belum ada issue mengenai kenaikan harga BBM. Ketika harga BBM naik, investor bisa cepat mengurangi eksposur terhadap pasar saham karena investor dapat melakukan penjualan kembali (redemption) Reksadana ETF saham dalam waktu sepersekian detik pada saat jam bursa dengan likuiditas tinggi, tidak harus menunggu pasar tutup di hari yang sama atau bahkan esok hari. Kemudian investor bisa mengalihkan dananya ke instrumen reksa dana pasar uang yang menawarkan imbal hasil menarik. Ketika imbal hasil obligasi sudah menyentuh level tertinggi atau dalam awal tren turun, investor sebaiknya memperpanjang duration dengan masuk ke reksa dana pendapatan tetap yang memiliki potensi capital gain besar.
Jika tidak mau repot memindahkan dari kelas aset saham ke pasar uang atau pendapatan tetap, investor dapat mengambil keuntungan dari Reksadana campuran. Portfolio Manager, yang lebih ter-update terhadap informasi pasar modal dan ekonomi, akan dengan cepat menyesuaikan underlying asset-nya sebelum, pada saat dan setelah terjadi perubahan harga BBM.
Sumber :
      2.      konsultan Investasi Saham

  
 Penulis : Henry Abidin S (3203013087)


           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar