Minggu, 23 November 2014

“Peran Telko di Financial Inclusion”

Tugas Ujian Akhir Semester
Peran Telko di Financial Inclusion”
Sumber : Majalah For Bizz 2014 (data-data) dan www.bankbi.com

Pengertian e-money adalah uang yang digunakan dalam transaksi internet dengan cara elektronik. Biasanya transaksi ini melibatkan penggunaan jaringan computer (seperti internet dan sistem penyimpanan harga digital). Perkebangan teknologi dan informasi telah memberi dampak ke berbagai bidang tak terkecuali di bidang sistem pembayaran, khususnya sistem pembayaran ritel dengan munculnya instrument pembayaran yang dikenal sebagai e-money. Penggunaan e-money sebagai alternatif alat pembayaran non tunai di beberapa negara menunjukkan adanya potensi yang cukup besar untuk mengurangi tingkat pertumbuhan penggunaan uang tunai, khususnya untuk pembayaran-pembayaran yang bersifat mikro sampai dengan ritel.
Manfaat e-money dibandingkan uang tunai maupun pembayaran non tunai antara lain : (1) lebih cepat dan nyaman dibandingkan uang tunai khususnya untuk transaksi yang bernilai kecil, disebabkan nasabah tidak perlu menyediakan uang pas untuk suatu transaksi atau harus menyimpan uang kembalian. (2) waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu transaksi dengan e-money dapat dilakukan jauh lebih singkat dibandingkan dengan transaksi kartu kredit atau debit. (3) elektronik value dapat diisi ulang kedalam kartu e-money dengan berbagai sarana yang disediakan oleh issuer.
Bank Indonesia (BI) merintis dua program penting terkait dengan sistem pembayaran. Pertama, kesepakatan interkoneksi jaringan ATM milik tiga operator switching yang dilakukan di minggu pertama. Kedua, diberlakukannya interoperabilitas uang elektronik(e-Money) dari tiga perusahaan telekomunikasi pada minggu kedua.
Perjalanan e-money di tanah air membuka lembaran baru. Tiga perusahaan telko besar di Indonesia yang menyediakan layanan e-money, yakni Telkomsel, Indosat, dan XL, sepakat mewujudkan interoperabilitas e-money atau layanaan pengiriman uang elektronik lintas operator. Sebelumnya, pengguna e-money perusahaan telko hanya bisa saling terhubung jika menggunakan satu jaringan operator yang sama. Regulator sendiri menyebutkan interoperabilitas ini sebagai inovasi yang memberi nilai tambah bagi kemajuan industry sistem pembayaran.

E-money hadir dalam dua format yakni (1) berbasis kartu yang diterbitkan bank, seperti Flazz keluaran Bank BCA, e-Toll dari Bank Mandiri, serta Brizzi dari Bank BRI dan (2) e-money berbasis server yang diterbitkan lembaga nonbank, termasuk perusahaan telko. Hingga April lalu, ada 16 penerbit e-money yang mendapatkan izin dari BI, dengan rincian 8 dari bank dan 8 lembaga nonbank. Dari 8 penerbit e-money nonbank, 4 diantaranya adalah perusahaan telko, yaitu Telkom dengan produk e-money Flexy Cash dan i-Vas Card, Telkomsel (T-Cash), XL Axiata(XL Tunai), dan Indosat(Dompetku).
Kesepakatan interoperabilitas e-money lintas operator telko membuat e-money maju satu langkah dalam menggapai tujuan besarnya, yakni menciptakan less cash society. Interoperabilitas e-money telko membuat para pengguna T-Cash, XL Tunai, dan Dompetku bisa saling berkirim uang kapan saja dan dimana saja. untuk mencairkan uangnya, pengguna dapat melakukannya di agen mitra perusahaan telko maupun agen bank yang ditunjuk.
Terwujudnya interoperabilitas e-money telko mempercepat jalannya program financial inclusion yang digalakkan p-emerintah. E-money dapat menjangkau masyarakat yang belum berbank. Menurut riset pada 2012 jumlah penduduk Indonesia yang mengakses perbankan baru sekitar 64 juta setara 40% dari 160 juta usia produktif atau 20% dari populasi. Makin besarnya peran perusahaan telko dalam financial inclusion tak lepas dari besarnya jumlah pengguna ponsel di Indonesia. Menurut riset penetrasi ponsel di Indonesia sangat dalam, dengan jumlah pelanggan 250 juta, melebihi populasi penduduk Indonesia saat ini yang tercatat 240 juta jiwa.
Meski interoperabilitas e-money telko hanya diikuti tiga operator, jumlah penggunanya mewakili mayoritas pengguna ponsel di Indonesia. Menurut BI, total pelanggan dari tiga operator telko itu mencapai 230 juta, dengan jumlah uang elektronik berbasis server yang telah diterbitkan perusahaan telko mencapai 12 juta. Jumlah e-money telko yang beredar itu lebih sedikit daripada e-money terbitan bank.
E-money, terutama yang berbasis pengguna ponsel, merupakan salah satu instrumen pembayaran yang berpotensi banyak digunakan masyarakat pada kemudian hari. Pasalnya, dengan e-money ponsel masyarakat bisa mendapatkan akses yang lebih luas untuk berhubungan dengan lembaga keuangan tanpa harus menjadi nasabah. Selain itu, instrument e-money dapat diperoleh di merchant-merchant yang ditunjuk, tidak selalu harus melalui kantor bank atau perusahaan telko yang menerbitkannya. Tak hanya untuk kirim uang, kedepan e-money ponsel diharapkan juga dapat digunakan untuk melakukan pembayaran pada transaksi ritel.
Penetrasi e-money sejauh ini memang belum sedalam alat pembayaran nontunai lain, semisal alat pembayaran menggunakan kartu yang terdiri dari ATM dan Kartu Kredit. Hal itu disebabkan juga e-money masih banyak digunakan masyarakat menengah atas di perkotaan, yang umumnya sudah mengenal bank dan terbiasa menggunakan yang plastik seperti ATM dan kartu kredit. E-money belum banyak menyentuh masyarakat menengah bawah terlebih yang ada di pelosok daerah.
Regulator sendiri menyebutkan, sejauh ini masih ada sejumlah permasalahan yang menghambat perkembangan e-money seperti belum terciptanya standar industri e-money, belum adanya interoperabilitas standar antar penerbit, serta belum adanya paying hukum yang jelas bagi e-money, selain peraturan yang diterbitkan BI khusus untuk interoperabilitas, meski belum menyentuh semua penerbit e-money, perusahaan telko sudah memulainya. Sayang, e-money terbitan bank belum saling terkoneksi, begitu juga antara e-money telko dan e-money bank.
Meski demikian, dalam beberapa tahun terakhir penggunaan e-money terus menunjukkan pertumbuhan. Artinya, sebagian masyarakat mulai terbiasa tak lagi menggunakan uang fisik dalam bertransaksi. Menurut data BI, jumlah e-money yang beredar hingga April lalu tercatat 24,92 juta instrument atau tumbuh 55,94% dari April 2012 yang sebanyak 15,98 juta. Kemudian, volume dan nilai transaksinya juga ikut mengalami kenaikan, masing-masing tumbuh 70,18% dan 62,43% atau menjadi 42,11 juta transaksi dan Rp 806,27 miliar.
Jika melihat jalinan koneksi antar penerbit e-money, perusahaan telko sepertinya lebih maju ketimbang perbankan. Itu karena perusahaan telko sudah mampu mewujudkan interoperabilitas uang elektronik, sementara perbankan masih berjalan sendiri-sendiri. Belum terhubungnya e-money antar bank terkait juga dengan talik ulur kepentingan bisnis. Sebab, bank-bank yang menerbitkan e-money memiliki pasarnya sendiri-sendiri, yang melahirkan pendapatan non bunga lumayan besar. Lebih dari itu, mereka juga telah mengucurkan investasi yang tak sedikit untuk membangun infrastruktur sehingga agak sulit jika harus berbagi dengan bank lain. Interoperabilitas e-money pada perbankan sebenarnya sangat diharapkan BI. Agar e-money bank dapat segera terkoneksi, paling tidak untuk e-money yang dipakai di jalan tol.
Bank Mandiri bersedia berbagai bisnis e-money jalan tol dengan bank lain. Jika pembukaan akses e-Toll Bank Mandiri kepada bank lain terealisasi, tentu akan membuat e-money makin terkoneksi. Ujung-ujungnya, masyarakat sebagai pengguna akan mendapatkan banyak kemudahan dan pilihan dalam menggunakan e-money.
Ditambah lagi dengan inovasi bentuk e-money yang makin fleksibel, tak melulu berbentuk kartu, seperti gelang e-money yang baru saja diluncurkan Bank Mandiri, membuat e-money yang menarik. Gelang e-money itu memiliki fitur dan fungsi yang sama dengan kartu mandiri e-money. Penggunaannya pun relative mudah, cukup mendekatkan gelang ke reader pintu halte bus Transjakarta(busway), tol, parker, maupun yang lainnya.
Gelang e-money menjadi sesuatu yang baru dalam bentuk instrument e-money untuk saat ini. Namun, melihat tren teknologi yang terus berkembang, dalam 10 sampai dengan 20 tahun ke depan besar kemungknan akan muncul inovasi-inovasi baru dari bentuk e-money. Misalnya, e-money berbentuk kartu fitur dan teknologinya lebih canggih dibandingkan dengan kartu e-money yang beredar saat ini. Menurut riset Corning, perusahaan yang bergerak di bidang technology support berbasis high-technology systems, yang bermarkas di Amerika Serikat (AS), e-money card ini dapat dipakai setelah diaktifkan dengan proses identifikasi sidik jari dari si pemilik. Setelah aktif barulah muncul menu dan tombol-tombol virtual pada kartu.
Sinergi yang baik dari penerbit dan hadirnya bentuk baru e-money diharapkan dapat meningkatkan penetrasi uang elektronik. Melalui e-money, terutama yang dibesut perusahaan telko, akses bagi masyarakat terhadap produk keuangan semakin terbuka. Terlebih dengan adanya e-money kita dapat lebih cepat dalam sistem pembayaran. Sehingga dengan adanya e-money tersebut dapat memberikan efektivitas dalam sistem pembayaran. 

Penulis : Yosephine Agnes (3203013121) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar