Sumber
: www. wikipedia. org dan Jurnal Denny Utomo
Perekonomian
yang semakin berkembang dan maju, mau tidak mau mendorong perusahaan untuk
mengikuti arus perkembangan yang ada. Apalagi, rencana pemerintah yang akan
dilaksanakan tahun depan yaitu menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tentunya menjadi
tantangan tersendiri bagi perusahaan-perusahaan lokal di Indonesia. Hal ini
dikarenakan MEA membuka peluang yang cukup besar untuk masuknya beberapa
perusahaan dari luar negeri.
Beberapa
perusahaan mungkin mampu bertahan dalam menghadapi perusahaan-perusahaan dari
luar negeri, bahkan mungkin ada perusahaan yang semakin berkembang bahkan berhasil
menjadi pemimpin perekonomian ASEAN. Namun, bagaimana
dengan perusahaan yang tidak mampu bersaing? Perusahaan yang berskala kecil
bahkan perusahaanberskala besar pun yang tidak didukung oleh manajemen yang
baik,akan tersingkir. Hal ini tentunya menjadi motivasi tersendiri bagi
perusahaan untuk memperbaiki kualitas manajemennya.
Terdapat
beberapa manajemen yang dapat dilakukanoleh perusahaan seperti mulai melakukan manajemen
pada keuangan, kualitas, hubungan pelanggan, bahkan sumber daya manusia perusahaan.
Namun, terkadang perusahaan melupakan aspek penting dalam aktivitas manajemen
yang juga merupakan salah satu faktor penentu dalam menentukan keberhasilan
suatu perusahaan yaitu manajemen rantai pasokan.
Manajemen rantai
pasokan (Supply Chain Management) dapat diartikan sebagai intergrasi aktivitas
pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan
produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan.
Tujuan dari
Supply Chain Management (SCM) ini adalah untuk membangun sebuah rantai pemasok
yang memusatkan perhatian untuk memaksimalkan nilai bagi pelanggan.
Terdapat beberapa pemain utama dalam
supply chain yang merupakan perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama,
diantaranya (1) supplies, (2) manufactures, (3) distributions, (4) retail
outlet, dan (5) customer.
Melalui Supply
Chain Management, perusahaan tidak hanya memilih pemasok berdasarkan harga
murah saja, tetapi perusahaan akan memilih pemasok yang dapat menyediakan
barang yang benar-benar berkualitas sesuai jumlah pesanan dalam waktu yang
tepat. Hal ini juga pastinya menjadi tantangan tersendiri bagi para pemasok
untuk memperbaiki kualitasnya.
Sebagai
permulaan, perusahaan dapat menggunakan beberapa pemasok untuk menentukan
pemasok mana yang paling efektif hingga akhirnya perusahaan dapat memilih satu
pemasok yang memiliki kinerja paling baik dan menjalin hubungan baik dengan
pemasok tersebut.
Di dalam Supply
Chain Management, terjadi beberapa arus perpindahan seperti material,
informasi, dan keuangan. Arus material meliputi bahan-bahan mulai dari pemasok
hingga produk akhir yang dikirim ke konsumen. Arus informasi meliputi peramalan
permintaan, informasi pesanan, bahkan informasi jumlah persediaan perusaahaan.
Berikutnya arus keuangan yang dapat meliputi syarat-syarat kredit dan jadwal
serta jumlah pembayaran.
Menurut
Turban (2004), terdapat 3 komponen dalam SCM yaitu (1) Upstream Supply Chain
(meliputi hubungan perusahaan dengan pemasoknya), (2) Internal Supply Chain
(meliputi aktivitas perusahaan mulai dari barang masuk di perusahaan hingga
barang selesai diproses), dan (3) Downstream Supply Chain (meliputi pengantaran
produk ke konsumen akhir).
Dengan menjalankan Supply Chain
Management perusahaan akan memperoleh beberapa manfaat seperti penyesuaianproduk, mutu tinggi, pengurangan
biaya, dan
kecepatan
distribusi, laba dan keuntungan yang semakin tinggi, serta perkembangan
perusahaan yang pesat.
Namun, untuk
memperoleh manfaat di atas terdapat beberapa permasalahan yang harus dihadapi
manajer, antara lain :
1.
Jumlah dan lokasi supplier,
fasilitas produksi, pusat gudang dan pelanggan.
3.
Informasi mengenai harga perkiraan,
inventaris dan transportasi.
4.
Kuantitas dan lokasi dari inventaris
termasuk barang mentah, proses kerja, dan barang jadi.
5. Mengatur
syarat pembayaran
6. Kondisi
fasilitas transportasi baik umum maupun perusahaan
7. Jalan
yang menjadi jalur distribusi
Aktivitas
dalam Supply Chain Management dibagi menjadi 3 bagian yaitu strategis yang
berhubungan dengan rencana yang akan dilaksanakan perusahaan, taktis yang
berhubungan dengan pengambilan keputusan untuk mencapai rencana strategis, dan
operasional yang berhubungan dengan pelaksanaan operasional sehari-hari
perusahaan.
Keberhasilan
Supply Chain Management sebenarnya dapat diukur dengan beberapa cara, salah
satunya analisis Structural Equation Modelling. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan terhadap Agroindustri penghasil mangga arumanis diperoleh hasil bahwa
koefisisen pengaruh Faktor Keberhasilan Supply Chain Management (FKSCM) terhadap
proses produksi adalah sebesar 0,809, serta memiliki tingkat signifikansi
dengan p-value sebesar 0,000 (jauh
dibawah 0,05). Hal tersebut berarti proses produksi sangat dipengaruhi oleh
faktor keberhasilan Supply Chain Management.
Dari
data di atas, dapat disimpulkan bahwa saat ini Supply Chain Management menjadi
hal baru yang sedang diupayakan oleh perusahaan-perusahaan dalam mencapai
keunggulan kompetitif melalui aktivitas strategis, taktis, dan operasional
perusahaan. Dengan Supply Chain Management, perusahaan tidak hanya dapat
memenuhi kebutuhan pelanggan secara tepat waktu, namun perusahaan juga dapat memberikan barang
yang berkualitas bagi pelanggan tanpa mengakibatkan biaya penyimpanan dan
produksi yang terlalu tinggi. Selain itu, SCM juga membuat hubungan perusahaan
dengan berbagai mitranya, khususnya pemasok menjadi dekat. Sehingga, akan
memberikan keuntungan dan nilai tersendiri bagi perusahaan, serta pada akhirnya
membuat suatu perusahaan dapat bersaing dengan para kompetitornya.
Penulis : Della
Anggraini 3203013085 /D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar